Silva, begitu namaku akrab disapa. Aku adalah
seorang siswa kelas X di salah satu SMA favorit di kotaku. Aku memang bukan
anak anak terpandai di sekolah, tetapi cukup populer untuk ukuran siswa yang
tidak terlalu pintar. Terkadang aku lebih suka mendengarkan musik sambil
menikmati alam di tempat favorItku. Danau.
Entah
mengapa aku selalu merasa tentram berada di tempat itu. Aku suka mendengar
gemericik air. Aku merasa enggan mengganggu riak-riak ombak yang menari-nari di
depanku. Aku suka mendengar kicauan burung yang melintas diantara pepohonan.
Aku suka menyaksikan mereka terbang tanpa batas seperti tidak ada beban.
Terkadang aku berfikir, jika aku seperti mereka. Bisa terbang tanpa batas
kemana pun aku inginkan. Inilah aku. Ingin hidup bebas terbang seperti burung.
Terkadang jika aku sedang sedih, aku akan
menunggu matahari terbenam di tempat ini. Karena saat saat ia mulai terbenam,
aku menitipkan sedihku pada cahaya jingga itu agar mengajaknya terbenam
bersama.
Aku juga suka bintang. Pernah suatu ketika, aku menikmati bintang di
danau. Rasanya terlalu indah untuk kutinggalkan. Aku iri melihat bintang
bertebaran tak terhitung jumlah kawannya. Sedangkan aku disini sepi. Aku selalu
sendiri saja. Terkadang aku berdoa “semoga tuhan menempatkan aku di salah satu
taburan bintang itu, agar aku tak sendiri lagi. Aku ingin selalu bersinar.
Meski setiap siang datang, aku tak terlihat, tetapi banyak yang menantiku di
kala malam. Tuhan, aku ingin. Kabulkanlah”
Malam
ini, rasanya aku ingin kembali bersama bitang-bintang lagi. Tak puas rasanya
aku memandanginya hanya melalui jendela kamarku saja. Aku mengambil buku
catatanku dan bergegas turun ke ruang tamu.
“ma, aku mau ke danau bentar ya” kataku
“ia, sayang, hati-hati yaa. Pake sweeter biar
gak kedinginan. Ehh., ”
“jangan pulang sampe larut . hahah. Udah hapal
ma” kataku memotong perkataan mama.
“hahah. Kamu tuh ya di kasih tau baik-baik. ”
“hemm.. peace ya ma, yaudah aku pergi dulu. Cuman bentar kok.”
“iaa. Eh, tadi mama naruh sepedanya di samping
rumah, belum mama masukin ke garasi”
“ohh iaa. OK deh. bye”
Aku segera bergegas mengambi sepeda. Dengan
gaya yang agak berantakan. Aku mengayuh sepeda menuju danau sembari menikmati
dinginnya udara malam. Aku selalu tersenyum. Aku ingin segera bertemu
bintang-bintang.
Malam ini aku tidak ingin tidiran di rumput
danau. Aku hanya ingin duduk saja.
Tak terasa jemariku pu asik merangkai kata tentang bintang
Tentang
bintang
Bintang,
malam ini aku datang
Aku
ingin mendengar gelak tawa di balik sinarmu itu.
Aku
hanya ingin mendengar dan melihatnya,
Aku
janji tak akan megusik kebahagiaanmu disana.
Bintang,
bolehkah aku bertanya sesuatu?
Mengapa
hanya kamu yang bisa mendengar dan merasakan sepiku?
Mengapa
hanya kamu yang selalu tahu arah inginku?
Dan
mengapa pula hanya ketika melihatmu aku mampu mengusir risauku ini?
Bintang,
maaf bila pertanyaan ku terlalu banyak.
Dan saat
kutanyakan ini, aku melihat cahaya mu makin bersinar,
Mungkin
itulah jawabannya
“bintang tak pernah letih menunjukkan
cahayanya hingga orang yang ia sayang bisa tersenyum memandangnya. Cahayanya
tak akan redup hingga ia tak mampu lagi menemanimu. ”
Tiba-tiba suara seseorang mengagetkanku. Suara
itu begitu lembut dan berwibawa. Tak pernah ku dengar ada orang berkata tentang
bintang dihadapanku. Siapa dia?
aKu menoleh “kamu siapa? Apa kamu daritadi
berada disini? Atau aku yang baru
mrnyadarinya?” tanyaku
“aku Radit.aku daritadi juga berada disini.
Kamu siapa ?” tanyanya sambil mengulurkan tangannya
“aku Silva. Kamu sering kesini juga?” tanyaku
“hm, gak terlalu sering juga sih. Tapi aku
suka kesini kalau lagi gak ada tugas kuliahan. Ini juga baru ada kesempatan
kesini lagi. Kau sering kesini ?” tanya radit
“ia. Hampir setiap hari aku kesini. Aku suka
banget tempat ini. Tapi aku baru dua kali melihat bintang di tempat ini”
“kamu suka bintang juga?” tanya radit
“banget. Kamu juga?”
“ia. Hemm, boleh aku duduk?”
“ohh. Silahkan. ” kataku sambil tersenyum
“kamu tau gak, aku paling suka bintang yang
disebelah sana. ” kata radit sambil menunjuk ke arah kiri atas tempat mereka
duduk sekarang.
“kenapa? ”tanyaku
“menurut aku dia bintang yang paling terang.
Paling bersinar, dan paling bisa menarik hatiku”
“hahh, narik pake apa? Narik bajaj” kataku
meledek
“ihh. Kamu ini. Aku serius”
“ia deh ia. Den Radit lagi serius, bintang.
Jangan gangguin yah”
“hemm. Kamu ini lucu juga ya. Bikin gemes.”
“ooo.. iaa. heheh”.
Aku
tertawa kecil. Aku kembai menatapkan mataku ke arah bintang-bintang. Sesekali
aku menoleh kepada Radit. Radit yang juga serius menatap bintang. Aku takut
menyapanya kembali. Entah mengapa keberanianku berkurang jikalau dia menatapku
seperti tadi. Malam ini aku hanya ingin menikmati bintang. tetapi ada sesuatu
yang berbeda kurasakan. Aku melihat bintang terlalu indah malam ini. Aku merasa
bahagia. Entah mengapa perasaan itu tiba-tiba menjulur ke dadaku.
Tiba-tiba
handphone ku berbunyi. Aku segera meneluarkannya dari saku ku dan mengangkatnya
“iyya, haloo ma. Heheh maaf keasyikan liat bintang.
ok deh aku segera pulang. Ohh, ia hati- hati. Sipp oke deh ma. ”
Aku segera mengakhiri panggilan itu.
“hemm, Dit. Aku balik dulu ya. Aku duluan. See
you next timeJ” kataku terburu-buru sambil mengambil
buku catatanku di samping Radit
“ehh, buru-buru banget. Pulang bareng yuk.
Kamu gak takut sendirian?” tiba-tiba radit menahanku dan menarik tangank dan
menatapku.
Ya tuhan, jantungku mengalir terlalu cepat
tapi aku bisa merasakan detaknya. Bibirku terasa kaku untuk mengeluarkan
kata-kata.
“hello, kok malah bengong?” tanya Radit
membuyarkan lamunanku
“ehh, maaf-maaf. Ya udah terserah kakak deh.
Tapi pulangnya sekarang ya? yuk” ku coba mengeluarkan kata-kata itu dengan
sekuat tenaga ku, meskipun tersendat-sendat.
“yukk”
Radit
mengantarku pulang sampai di depan rumah. Aku segera menuju kamar dan berbaring
di tempat tidur. Sambil tersenyum, aku membuka laci disamping kasurku dan
mengambil buku dyaryku.
Dear
diary, hari ini aku melihat bintang. aku menulis tentang bintang. seseorang
mmperlihatkan bintang paling terang malam ini. Mungkin karena dia, Radit.I feel
different tonight . I don’t know, how or why. I fell different in his eyes.
Dalam diam malam ini “aku bahagia”
Hari- hari berikutnya. Aku menjalani hari-
hari seperti biasa. tetapi tetap saja ada hal yang memenuhi pikiranku. Aku
ingin bertemu Radit. Aku ingin melihat tatapan ata itu lagi. Sepuang sekolah,
kusempatkan diriku kembali melepas risau di tempat favoritku. Aku galau (y).
Aku berharap dapat bertemu radit di tempat ini
lagi. Aku menunggu ingin menunggu matahri terbenam disini. Aku menunggu Radit.
Tetapi, saat cahaya jingga mulai hilang, tak ku dengar suara lembut penuh
wibawa dari belakangku. Hari ini tak ada
Radit. Aku pulang dengan rasa sedikit kecewa. Aku berfikir “mengapa aku selalu
ingin bertemu radit? Apa mungkin aku jatuh cinta?hah.. tidak mungkin lah. ”
“tapi aku kangen, aku pengen ketemu radit
lagi. Aduhh, aku ini kenapa ya?” konflik batin mawarnai perjalanan pulangku.
Aku merasa bodoh tak bertemu Radiit hari ini. Aku merasa bodoh menugnggu orang
yang membuatku merasakan hal yang tak pasti seperti ini. Aku merasa bodoh, tak
meminta nomor radit malam itu. “huahh,, bego banget sihh guee” batinku.
Keesokan
harinya, aku kembali menyempatkan diri ke tempat favoritku. aku menunggu Radit.
Kulakukan itu setap hari hingga satu bulan berikutnya. Tapi tak kutemui Radit
juga. Aku mulai merasa kesal. Tapi aku rindu. Semuanya bercampur dalam
fikiranku.
Hingga malam itu, aku merasa ingin bertemu
bintang-bintang lagi dan mencurahkan isi hatiku kepadanya. Ku ambil sepedaku
dan mengayuhnya menuju danau.
Aku duduk menengadah ke arah bintang-bintang
dan kuayunkan jemariku diatas buku catatanku lagi.
Biintang,
apa aku salah jika merasa seperti ini?
Bintang,dia
yang mengatakan kau tak akan penah redup higga saat aku tak tersenyum.
Bintang,
aku berharap dia datang menjawab tanyaku malam ini.
Seperti
dulu, aku rindu bintang
Tolong
katakan padanya
Aku
yakin aku cinta...
“bintang, tolong katakan padanya aku yakin aku cinta. R-a-d-i-t” kataku mengulang akhir tulisanku.
“ bintang, tolong katakan padanya, aku juga
yakin kalau aku cinta dia, Silva”
Aku terperanjat. Apakah aku bermimpi mendengar
suara lembut dan berwibawa itu? Mungkin tidak . aku segera berdiri dan membalik
badan ke belakang. Aku menutup mata dan menoleh.
“RADIT?” tanyaku
“ia. Silva. ”
Aku tersenyum.
“maaf ya, aku buat kamu nunggu. Sebenarnya aku
selalu berada didanau ini dan memperhatikan kamu. Tapi aku gak bilang, karena
aku gak mau kamu tau. Aku cuman pengen ngeliat kamu dari jauh aja. Tapi itu rasanya
menyakitkan dan membuat dadaku sesak. Jadi aku mau bilang langsung sama kamu
perasaanu hari ini. Maafin aku ya” tutur radit dengan muka bersalah
“emm,, ia . gak apa-apa kok” aku terdiam.
Berbalik menatap riak-riak air berlarian di danau
Aku menoleh ke arah Radit. Radit menatapku
lagi tapi kali ini tak hanya memandangku. Ia menarik tanganku . aku kembali
merasakan itu lagi. Rasa yang tak pernah ingin aku pikrkan sebelumnya. Perlahan
radit mendesah. Ia mendekatkan wajahnya ke arahku. Ia berbisik
“silva, would you be mine? ”
Aku kaget. Entah roh apa yang merasuki ku
kini. Aku benar-benar tidak menyangka ini. Aku tak sanggup mengatakan apapun.
jadi penantianku selam ini tak sia-sia. Dan perasaanku memang ternyata benar.
Aku terdiam dan tak mampu menahan butiran bening yang jatuh dari mataku. Aku
menangis terharu. Perlahan Radit memelukku, menghapus butiran bening di wajahku
dan membelai rambutku. Aliran darahku mengalir begitu cepat. Kukumpulkan
sisa-sisa tenagaku, dan kubisikkan pada radit
“yes. Off course. I’m yours now” ucapku lirih.
Malam
ini bintang terlihat sangat terang. Bintang memang selalu bisa mewakili
perasaanku. Tuhan memang tak menmpatkan aku di antara bintang-bintang itu, tapi
Tuhan punya cara yang indah. Ia tahu yang terbaik. Kini satu bintang duduk
disampingku untuk memberi warna indah di lukisan hidupku. Aku bahagia J