Suci Khaerunnisa. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pengagum Bintang


Silva, begitu namaku akrab disapa. Aku adalah seorang siswa kelas X di salah satu SMA favorit di kotaku. Aku memang bukan anak anak terpandai di sekolah, tetapi cukup populer untuk ukuran siswa yang tidak terlalu pintar. Terkadang aku lebih suka mendengarkan musik sambil menikmati alam di tempat favorItku. Danau.
                Entah mengapa aku selalu merasa tentram berada di tempat itu. Aku suka mendengar gemericik air. Aku merasa enggan mengganggu riak-riak ombak yang menari-nari di depanku. Aku suka mendengar kicauan burung yang melintas diantara pepohonan. Aku suka menyaksikan mereka terbang tanpa batas seperti tidak ada beban. Terkadang aku berfikir, jika aku seperti mereka. Bisa terbang tanpa batas kemana pun aku inginkan. Inilah aku. Ingin hidup bebas terbang seperti burung.
Terkadang jika aku sedang sedih, aku akan menunggu matahari terbenam di tempat ini. Karena saat saat ia mulai terbenam, aku menitipkan sedihku pada cahaya jingga itu agar mengajaknya terbenam bersama.
Aku juga suka bintang.  Pernah suatu ketika, aku menikmati bintang di danau. Rasanya terlalu indah untuk kutinggalkan. Aku iri melihat bintang bertebaran tak terhitung jumlah kawannya. Sedangkan aku disini sepi. Aku selalu sendiri saja. Terkadang aku berdoa “semoga tuhan menempatkan aku di salah satu taburan bintang itu, agar aku tak sendiri lagi. Aku ingin selalu bersinar. Meski setiap siang datang, aku tak terlihat, tetapi banyak yang menantiku di kala malam. Tuhan, aku ingin. Kabulkanlah”
                Malam ini, rasanya aku ingin kembali bersama bitang-bintang lagi. Tak puas rasanya aku memandanginya hanya melalui jendela kamarku saja. Aku mengambil buku catatanku dan bergegas turun ke ruang tamu.
“ma, aku mau ke danau bentar ya” kataku
“ia, sayang, hati-hati yaa. Pake sweeter biar gak kedinginan. Ehh., ”
“jangan pulang sampe larut . hahah. Udah hapal ma” kataku memotong perkataan mama.
“hahah. Kamu tuh ya di kasih tau baik-baik. ”
“hemm.. peace ya ma, yaudah  aku pergi dulu. Cuman bentar kok.”
“iaa. Eh, tadi mama naruh sepedanya di samping rumah, belum mama masukin ke garasi”
“ohh iaa. OK deh. bye”
Aku segera bergegas mengambi sepeda. Dengan gaya yang agak berantakan. Aku mengayuh sepeda menuju danau sembari menikmati dinginnya udara malam. Aku selalu tersenyum. Aku ingin segera bertemu bintang-bintang.
Malam ini aku tidak ingin tidiran di rumput danau. Aku hanya ingin duduk saja.
Tak terasa jemariku pu  asik merangkai kata tentang bintang

Tentang bintang
Bintang, malam ini aku datang
Aku ingin mendengar gelak tawa di balik sinarmu itu.
Aku hanya ingin mendengar dan melihatnya,
Aku janji tak akan megusik kebahagiaanmu disana.
Bintang, bolehkah aku bertanya sesuatu?
Mengapa hanya kamu yang bisa mendengar dan merasakan sepiku?
Mengapa hanya kamu yang selalu tahu arah inginku?
Dan mengapa pula hanya ketika melihatmu aku mampu mengusir risauku ini?
Bintang, maaf bila pertanyaan ku terlalu banyak.
Dan saat kutanyakan ini, aku melihat cahaya mu makin bersinar,
Mungkin itulah jawabannya
“bintang tak pernah letih menunjukkan cahayanya hingga orang yang ia sayang bisa tersenyum memandangnya. Cahayanya tak akan redup hingga ia tak mampu lagi menemanimu. ”
Tiba-tiba suara seseorang mengagetkanku. Suara itu begitu lembut dan berwibawa. Tak pernah ku dengar ada orang berkata tentang bintang dihadapanku. Siapa dia?
aKu menoleh “kamu siapa? Apa kamu daritadi berada disini? Atau  aku yang baru mrnyadarinya?” tanyaku
“aku Radit.aku daritadi juga berada disini. Kamu siapa ?” tanyanya sambil mengulurkan tangannya
“aku Silva. Kamu sering kesini juga?” tanyaku
“hm, gak terlalu sering juga sih. Tapi aku suka kesini kalau lagi gak ada tugas kuliahan. Ini juga baru ada kesempatan kesini lagi. Kau sering kesini ?” tanya radit
“ia. Hampir setiap hari aku kesini. Aku suka banget tempat ini. Tapi aku baru dua kali melihat bintang di tempat ini”
“kamu suka bintang juga?” tanya radit
“banget. Kamu juga?”
“ia. Hemm, boleh aku duduk?”
“ohh. Silahkan. ” kataku sambil tersenyum
“kamu tau gak, aku paling suka bintang yang disebelah sana. ” kata radit sambil menunjuk ke arah kiri atas tempat mereka duduk sekarang.
“kenapa? ”tanyaku
“menurut aku dia bintang yang paling terang. Paling bersinar, dan paling bisa menarik hatiku”
“hahh, narik pake apa? Narik bajaj” kataku meledek
“ihh. Kamu ini. Aku serius”
“ia deh ia. Den Radit lagi serius, bintang. Jangan  gangguin yah”
“hemm. Kamu ini lucu juga ya. Bikin gemes.”
“ooo.. iaa. heheh”.
                Aku tertawa kecil. Aku kembai menatapkan mataku ke arah bintang-bintang. Sesekali aku menoleh kepada Radit. Radit yang juga serius menatap bintang. Aku takut menyapanya kembali. Entah mengapa keberanianku berkurang jikalau dia menatapku seperti tadi. Malam ini aku hanya ingin menikmati bintang. tetapi ada sesuatu yang berbeda kurasakan. Aku melihat bintang terlalu indah malam ini. Aku merasa bahagia. Entah mengapa perasaan itu tiba-tiba menjulur ke dadaku.
                Tiba-tiba handphone ku berbunyi. Aku segera meneluarkannya dari saku ku dan mengangkatnya
“iyya, haloo ma. Heheh maaf keasyikan liat bintang. ok deh aku segera pulang. Ohh, ia hati- hati. Sipp oke deh ma. ”
Aku segera mengakhiri panggilan itu.
“hemm, Dit. Aku balik dulu ya. Aku duluan. See you next timeJ” kataku terburu-buru sambil mengambil  buku catatanku di samping Radit
“ehh, buru-buru banget. Pulang bareng yuk. Kamu gak takut sendirian?” tiba-tiba radit menahanku dan menarik tangank dan menatapku.
Ya tuhan, jantungku mengalir terlalu cepat tapi aku bisa merasakan detaknya. Bibirku terasa kaku untuk mengeluarkan kata-kata.
“hello, kok malah bengong?” tanya Radit membuyarkan lamunanku
“ehh, maaf-maaf. Ya udah terserah kakak deh. Tapi pulangnya sekarang ya? yuk” ku coba mengeluarkan kata-kata itu dengan sekuat tenaga ku, meskipun tersendat-sendat.
“yukk”
                Radit mengantarku pulang sampai di depan rumah. Aku segera menuju kamar dan berbaring di tempat tidur. Sambil tersenyum, aku membuka laci disamping kasurku dan mengambil buku dyaryku.
Dear diary, hari ini aku melihat bintang. aku menulis tentang bintang. seseorang mmperlihatkan bintang paling terang malam ini. Mungkin karena dia, Radit.I feel different tonight . I don’t know, how or why. I fell different in his eyes. Dalam diam malam ini “aku bahagia”
Hari- hari berikutnya. Aku menjalani hari- hari seperti biasa. tetapi tetap saja ada hal yang memenuhi pikiranku. Aku ingin bertemu Radit. Aku ingin melihat tatapan ata itu lagi. Sepuang sekolah, kusempatkan diriku kembali melepas risau di tempat favoritku. Aku galau (y).
Aku berharap dapat bertemu radit di tempat ini lagi. Aku menunggu ingin menunggu matahri terbenam disini. Aku menunggu Radit. Tetapi, saat cahaya jingga mulai hilang, tak ku dengar suara lembut penuh wibawa dari belakangku. Hari  ini tak ada Radit. Aku pulang dengan rasa sedikit kecewa. Aku berfikir “mengapa aku selalu ingin bertemu radit? Apa mungkin aku jatuh cinta?hah.. tidak mungkin lah. ”
“tapi aku kangen, aku pengen ketemu radit lagi. Aduhh, aku ini kenapa ya?” konflik batin mawarnai perjalanan pulangku. Aku merasa bodoh tak bertemu Radiit hari ini. Aku merasa bodoh menugnggu orang yang membuatku merasakan hal yang tak pasti seperti ini. Aku merasa bodoh, tak meminta nomor radit malam itu. “huahh,, bego banget sihh guee” batinku.
                Keesokan harinya, aku kembali menyempatkan diri ke tempat favoritku. aku menunggu Radit. Kulakukan itu setap hari hingga satu bulan berikutnya. Tapi tak kutemui Radit juga. Aku mulai merasa kesal. Tapi aku rindu. Semuanya bercampur dalam fikiranku.
Hingga malam itu, aku merasa ingin bertemu bintang-bintang lagi dan mencurahkan isi hatiku kepadanya. Ku ambil sepedaku dan mengayuhnya menuju danau.
Aku duduk menengadah ke arah bintang-bintang dan kuayunkan jemariku diatas buku catatanku lagi.
Biintang, apa aku salah jika merasa seperti ini?
Bintang,dia yang mengatakan kau tak akan penah redup higga saat aku tak tersenyum.
Bintang, aku berharap dia datang menjawab tanyaku malam ini.
Seperti dulu, aku rindu bintang
Tolong katakan padanya
Aku yakin aku cinta...
bintang, tolong katakan padanya aku yakin aku cinta. R-a-d-i-tkataku mengulang akhir tulisanku.
“ bintang, tolong katakan padanya, aku juga yakin kalau aku cinta dia, Silva”
Aku terperanjat. Apakah aku bermimpi mendengar suara lembut dan berwibawa itu? Mungkin tidak . aku segera berdiri dan membalik badan ke belakang. Aku menutup mata dan menoleh.
“RADIT?” tanyaku
“ia. Silva. ”
Aku tersenyum.
“maaf ya, aku buat kamu nunggu. Sebenarnya aku selalu berada didanau ini dan memperhatikan kamu. Tapi aku gak bilang, karena aku gak mau kamu tau. Aku cuman pengen ngeliat kamu dari jauh aja. Tapi itu rasanya menyakitkan dan membuat dadaku sesak. Jadi aku mau bilang langsung sama kamu perasaanu hari ini. Maafin aku ya” tutur radit dengan muka bersalah
“emm,, ia . gak apa-apa kok” aku terdiam. Berbalik menatap riak-riak air berlarian di danau
Aku menoleh ke arah Radit. Radit menatapku lagi tapi kali ini tak hanya memandangku. Ia menarik tanganku . aku kembali merasakan itu lagi. Rasa yang tak pernah ingin aku pikrkan sebelumnya. Perlahan radit mendesah. Ia mendekatkan wajahnya ke arahku. Ia berbisik
“silva, would you be mine? ”
Aku kaget. Entah roh apa yang merasuki ku kini. Aku benar-benar tidak menyangka ini. Aku tak sanggup mengatakan apapun. jadi penantianku selam ini tak sia-sia. Dan perasaanku memang ternyata benar. Aku terdiam dan tak mampu menahan butiran bening yang jatuh dari mataku. Aku menangis terharu. Perlahan Radit memelukku, menghapus butiran bening di wajahku dan membelai rambutku. Aliran darahku mengalir begitu cepat. Kukumpulkan sisa-sisa tenagaku, dan kubisikkan pada radit
“yes. Off course. I’m yours now” ucapku lirih.
                Malam ini bintang terlihat sangat terang. Bintang memang selalu bisa mewakili perasaanku. Tuhan memang tak menmpatkan aku di antara bintang-bintang itu, tapi Tuhan punya cara yang indah. Ia tahu yang terbaik. Kini satu bintang duduk disampingku untuk memberi warna indah di lukisan hidupku. Aku bahagia J
»»  READMORE...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

September Terakhir

Sudah lama tidak kembali menulis di blog ini ? apa kabar para visitors ??
ini hanya cerita. hanya cerita-cerita yang saya  buat dulu ketika merindukan sang ayah .. tapi ceritanya gaksampai. kelanjutannya cukup tersimpan di dalam hati dan memory saya seorang *hadehh.
check it out.








September  Terakhir
 Agustus 2009
                Hari ini aku berangkat ke sekolahku seperti biasa, belajar, bermain, dan  bercanda dengan teman-temanku. Tak ada yang special menurutku karena dipikiranku hanya tertuju pada sesuatu. Kalau ingat sesuatu itu, aku selalu merasa rindu bercampur sedih. Tapi aku selalu berusaha untuk menyembunyikan itu di depan sahabat- sahabatku.
 “ Anyway, gak terasa minggu depan sudah bulan puasa” Jesi memulai pembicaraan
“iyya , kalau gak salah mulainya hari Rabu” jawabku
“ asyiikk euy, kalau puasa kita akan libur sebulan penuh, terus bisa makan enak kalo lagi buka. Mmm,, yummiii::J” sahut Aya teman sebangkuku
“ makanan saja sih yang ada dipikiran kamu, pantas aja badan kamu kayak gentong begitu… hehe… PEACE! Just Kidding ,Aya Sayang jangan marah yahh” kata Uce sambil  menggoda Aya yang mukanya mulai cemberut.
“ yahh Uce, kamu ini kalo ngomong dijaga dong,” kataku
“liad tuh,, Aya-nya jadi ngambekk” Jesi menyambung ucapanku
“ Sudah ahh… bawel nih semua, aku gak marah kok”
“ beneran Ya? Kamu gak marah sama aku?”
“ iya..iya. beneran ! ini liad aku senyumJ” kata Aya sambil senyum dan menunjuk pipinya.
“ ihh, Aya baik deh” puji Uce diikuti tawa dari kami berempat
                Aku tersenyum melihat sahabat- sahabat bahagia. Setidaknya kesedihanku berkurang karena mereka.  Mereka selalu saja bisa membuatku tersenyum dengan tingkah- tingkah aneh mereka.
                Sementara melihat sahabat-sahabatku sedang bercanda membahas bulan Ramadhan yang sebentar lagi tiba, pikiranku melayang ke seseorang yang akhir-akhir ini membuat dadaku sesak. Aku sangat ingin bertemu dengannya. Yang aku rencanakan, bulan Ramadhan kali ini, aku akan menemaninya. Hmmm…
**tengggg**tenggg**tenggg***
Bunyi lonceng tanda masuk membuyarkan lamunanku, aku dan teman- teman segera berlari menuju kelas kami.
Pelajaran hari ini adalah matematika. Setelah bersiap dan berdoa, aku mulai mengeluarkan buku tulis dan pulpenku. Setiap pelajaran matematika aku selalu senang. Aku sangat menyukai pelajaran ini. Dan tentunya gurunya juga, Ibu Stela,Selain cantik dan gak galak,aku merasa nyaman diajari olehnya dan dia adalah guru pertama yang membuatku jatuh cinta dengan pelajaran matematika.Padahal waktu kelas 1 SMP tiap ada pelajaran matematika, aku selalu takut, deg-degan, khawatir, stress kenapa harus ada pelajaran matematika di dunia dan kenapa harus ada guru Killer seperti guru matematikaku ini. Tapi ya sudahlah, tohh sekarang aku sudah tidak membenci pelajaran matematika lagi. Bagiku sekarang, matematika seperti petualangan. Mendapat soal latihan merupakan misteri yang harus dipecahkan, mengerjakannya berarti sedang berpetualang memecahkan misteri itu dan menemukan jawabannya adalah sama dengan menemukan jawaban dari misteri tersebut.
                Dua  jam pelajaran matematika berlalu, ibu Stela mulai membereskan buku-bukunya diatas mejanya. Sebelum keluar dia memberi informasi  bahwa minggu depan libur bulan puasa sudah dimulai dan dia memberi kami tugas latihan sebanyak 50 nomor di Modul matematika.
                “ yahh… tugas lagii ” gerutu teman-temanku sambil membereskan barag-barangnya.
                Bagiku tugas matematika sebanyak itu gak masalah yang penting adalah LIBURAN-nya karena sebentar lagi aku akan bertemu dengan orang yang sangat aku rindukan itu.

***********************************************************************************
Awal  September 2010
Pagi yang cerah, ketika matahari mulai bangun dari tidurnya dan menyapa dunia dengan kehangatannya. Sisa – sisa hujan semalam masih menyisakan embun di dedaunan hijau. Suara  adzan memaksaku untuk bangun dan mulai bersiap untuk sholat shubuh. Setelah sholat, aku pun mandi dan membereskan barang-barangku. Hari ini adalah hari yang sangat kunanti-nantikan.  
“ Yaya, Baju kamu udah beres?” tanyaku kepada adikku
“ udah dong kak, aku sudah tidak sabar nih” jawabnya
“ iya. Kalau begitu, sekarang kamu mandi dulu. Ingat jangan kelamaan karena om sudah menuggu diluar”
“ok kak”
Beberapa menit kemudian adikku muncul  dari balik pintu,
“kak, bagusnya aku pake baju yang merah atau yang coklat ini?” tanyanya sambil memegangi  dua pasang baju itu.
“ kalau di kamu cocoknya pake yang coklat aja yah. Tapi itu sih terserah kamu mau pilih yang mana, kan yang pake kamu bukan kakak” jawabku
“ boleh juga. Aku ganti baju dulu ya kak”
                Setelah berganti pakaian, kami mulai menaiki mobil. Pikiranku kembali tertuju pada orang yang akan aku temui di rumah nenek. Aku sudah tidak sabar bertemu dengannya.
                Setengah jam kemudian aku tiba di rumah nenek. Aku mulai berlari dan menyalami satu per satu orang yang ada di rumah itu. Dan tibalah saatnya.  Pertama aku menatap matanya lalu aku pun berlari dan memeluknya erat-erat.Aku seperti tak ingin melepaskan pelukan itu.  Aku merasakan kehangatan berada di pelukannya. Kehangatan yang sudah lama tak pernah aku rasakan lagi. Perlahan,cairan bening mulai mengalir di pipiku.Aku menangis. Ku rindukan saat-saat indah bersamanya. Saat-saat bahagia dimana hanya ada aku dan dia . Aku merindukannya, sangat merindukannya.
Lambat laun kulepaskan pelukanku dan kutatap matanya lagi. Cairan bening itu juga mengalir di pipinya.
                “ Ayah, aku kangen ayah. Ayah, cepat sembuh yah, biar kita bisa pulang ke rumah lagi” bisikku padanya.
                “ Insya Allah nak, doakan ayah ya!” katanya menatapku dalam-dalam.
“Iya ayah, aku selalu mendoakan ayah” jawabku sambil menghapus air matanya,
Aku tak sanggup melihat cairan bening itu membasahi pipinya. Hatiku miris melihat keadaannya sekarang, tubuhnya seakan digerogoti oleh penyakit itu. Tubuhnya kurus, yang terlihat hanya tulang. Ia sudah tak bisa berjalan lagi seperti enam bulan yang lalu. Meski ia masih sering merasa agak pusing tapi fikirannya masih baik.  Ia masih sering menyebut nama-Nya.
Setelah aku, kini giliran adikku yang memeluk ayah. Aku jadi tambah iba. Adikku masih kecil, tapi ia harus kehilangan waktu untuk bersama ayah. ‘’ sabar ya dik,” gumamku dalam hati.
***********************************************************
Hari pertama aku berada di rumah nenek, aku sangat bahagia. Akhirnya aku bisa merasakan lagi nikmatnya Ramadhan bersama ayah. Setelah selama enam bulan aku berpisah dengannya karena dia menjalani pengobatan di Jakarta sedangkan aku masih menjalani sekolahku di Bandung.

“ ini sarapan untuk ayah” kataku sambil meletakkannya di samping ayah.
  terima kasih” jawab ayah sambil tersenyum
 Tiap pagi aku, selalu memberikan sarapan untuk ayah dan menyuapinya sembari bercerita dengannya. Terkadang di waktu sahur, ayah juga ingin makan. Jadi aku selalu sahur lebih cepat kemudian menyuapi ayah lagi.

“ bagaimana dengan pelajaran sekolah kamu ?” Tanya ayah lagi
“ Alhamdulillah, baik ayah. Nilai-nilai ku juga lumayan tinggi ”
“ alhamdulillah, belajar yang rajin ya nak ” nasehat ayah.
Ayah adalah sumber motivasi tertinggi untukku saat ini. Ia yang selalu menyemangatiku untuk terus belajar. Dulu, setiap penerimaan rapor aku selalu takut dan cemas dan aku selalu mengutarakan perasaanku itu pada ayah. Ia pun selalu menangkan hatiku dengan kata-kata bijak. Seperti semester lalu, ketika ayah baru selesai operasi di Jakarta. Aku mengambil izin di sekolah untuk mengunjungi ayah di rumah sakit.  Ayah yang masih terbaring lemah saat itu . . .
“ ayah, sebentar lagi aku akan terima rapor. Aku takut nih kalau rankingku turun dan nilai ku jelek” curhatku pada ayah
“ tenang nak, nilai tinggi dan ranking itu tidak terlalu penting, yang penting adalah bagaimana kamu terus belajar dan mengembangkan potensi dalam dirimu dengan baik”
“ok. Siap komandan” kataku sambil memberikan hormat kepada ayah.
Begitulah hari-hari kulewati bersama ayah. Hingga suatu hari. . .
“HAH,kenapa sih kamu  seperti ini. Aku capek tau tiap hari ngurusin kamu kayak gini. AKU CAPEK mas! Sampai kapan sih, aku harus ngurusin kamu seperti ini terus. Aku gak sanggup lagi menjalani ini semua. ”              kata ibu dengan suara membentak, ia lalu menangis sambil berlari ke dapur.
Ayah yang tak menyangka akan terjadi hal seperti itu, tidak bisa menutupi perasaannya. Rasa bersalah, takut, dan sedih bercampur menjadi satu. Ayah yang hanya bisa terbaring lemas diatas kasur mungkin sedang menyalahkan dirinya sendiri. Atau mungkin ayah sedang menyalahkan TUHAN atas semua ini? Entahlah aku tidak tahu pasti. Dan perlahan kulihat lagi cairan bening itu membasahi pipi ayah. Aku yang sedari tadi bersembunyi dibalik pintu, merasa iba terhadap ayah. Perlahan ku langkahkan kakiku mendekati ayah.
“ayahh"
»»  READMORE...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Surat Cinta untuk Ibu


surat ini pernah saya ikutkan pada lomba menulis surat untuk ibu di hari ibu tahun 2011 lalu, tapi meskipun tidak mendapat juara tetapi. surat ini merupakan perwakilan perasaan saya untuk ibu yang jauh disana. semoga Allah senantiasa melindunginya. aamiin :)



Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

          Bundaku sasyang, apa kabar ? Semoga limpahan rahmat kesehatan dan hidayah selalu tercurah kepada  bunda.
          Bundaku sayang, ananda menulis  surat ini  sebagai ungkapan rasa cinta ananda kepada bunda.
Ananda sangat bersyukur memiliki orang tua setegar bunda. Bunda selalu menjaga dan menyayangi ananda lebih dari diri bunda sendiri.  Bunda  selalu kuat menghadapi sikap keras ananda.
          Bundaku tercinta, ingat tidak ketika ananda lahir dan pertama kali melihat dunia? Bunda masih sanggup mengukir senyum terindah sementara keringat lelah mengucur deras dari wajah bunda. Ananda tau seberapa berat perjuangan bunda kala itu. Perjuangan melahirkan ananda ke dunia adalah pengorbanan antara hidup dan mati.
          Perjuangan dan pengorbanan bunda kala itu belum berakhir. Justru adalah titik awal dari semuanya. Pengorbanan berikutnya adalah ketika bunda harus merawat dan mendidik anak seperti ananda. Ananda ingat cerita bunda, sewaktu kecil ananda yang paling rewel. Paling sering menangis di tengah malam sampai bunda tidak terjaga hingga pagi. Paling sering membuat rumah berantakan ya ananda. Meskipun lelah dan kesal tapi bunda masih tetap menyayangi ananda.
          Bunda, ananda rindu senyum manis dari wajah bunda. Senyum itu selalu bunda ukir ketika bunda sedang bahagia. Ananda ingat betul kapan terakhir senyum yang begitu manis itu terukir. Itu ketika ananda berhasil meraih juara umum di sekolah. Ananda lihat betapa bahagianya raut wajah bunda saat itu. Hal inilah yang terus memotivasi ananda untuk terus belajar. Berani bermimpi dan berani mengejar mimpi. Ananda harap do’a ibunda agar mimpi-mimpi ananda dapat ananda raih.
          Bundaku tercinta, terima kasih ya. Dimata ananda bunda adalah sosok wanita yang paling tegar.  Semenjak ayahanda sudah lebih dulu menghadap Yang Kuasa, bunda sendirian mendidik dan merawat ananda hingga tak kurang suatu apapun. Meski terkadang, bahkan sering, ananda membuat hati ibunda terluka. Entah itu dari kata-kata kasar yang mungkin tidak sengaja ananda ucap atau dari sifat dan perilaku ananda.  Oh bunda, maafkan ananda yah. Terlalu sering ananda menyakiti hati bunda.
          Tahukah bunda, dalam hati kecil ananda sangat mencintai dan menyayangi bunda? Sangat ingin memeluk bunda dan sangat ingin mencium telapak kaki bunda.
          Bunda, andai ada tuhan yang patut disembah selain Allah SWT, maka bundalah orangnya. Tapi itu sudah tak mungkin, karena Allah sudah menggariskan bunda sebagai manusia yang mulia. Yang harus diikuti semua ucapan indahnya setelah Allah dan sebelum ayah.
          Tahukah bunda, disetiap do’a ananda juga terukir nama bunda. Do’a agar bunda senantiasa dilimpahkan rahmat, hidayah, dan kasih sayang dari Allah. Do’a agar bunda selalu bisa jadi wanita yang mulia, diberi umur panjang agar bisa lebih lama merasakan kebahagiaan bersama ananda, serta do’a agar bunda selalu dalam keadaan khusnul khotimah ketika menghadap Allah SWT. Ananda juga berdo’a semoga ananda tetap bisa berbakti kepada bunda hingga akhir hayat. Semoga Allah mengabulkan do’a ananda yah bunda. Amin .
          Bundaku tersayang, maafkan ananda belum bisa membahagiakan bunda seutuhnya. Ananda belum bisa memberikan sesuatu yang berharga untuk bunda, Ananda tahu, tak ada yang bisa menandingi kasih sayang seorang bunda, bahkan harta Qorun yang begitu berat itu sekalipun. Tapi izinkanlah ananda untuk terus berusaha memberikan yang terbaik untuk bunda sebagai tanda kasih sayang ananda untuk bunda. Bunda, Tak pernah ada keinginan lain yang terbersit di hati ananda selain semua yang ananda lakukan bisa membuat bunda bahagia .  Semoga Allah tetap melindungi kita dan menjaga keutuhan keluarga kita di dunia maupun di akhirat kelak. Amin.
          Bunda sayang, sekian dulu surat dari ananda. Mohon maaf bila ada kata-kata ananda yang kurang berkenan di hati bunda. Ananda harap senyum bunda ketika membaca surat ini. Ananda sayang bunda. Salam cium hangat dari ananda untuk bunda :*.
          Wassalamualaikum warahmatullhi wabarokatuh.  


                                                                                      Anandamu tersayang
                                                                                                Suci Khaerunnisa
»»  READMORE...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS